Rabu, 05 November 2008

Ulos


ULOS adalah kain tenun khas Batak berbentuk selendang, yang melambangkan ikatan kasih sayang antara orang tua dan anak-anaknya atau antara seseorang dan orang lain, seperti yang tercantum dalam filsafat batak yang berbunyi: "Ijuk pangillhot ni halong, ulos pengilhot ni holong, yang artinya ijuk pengikat pelepah pads batangnya dan ulos
pengikat kasih sayang di antara sesama.
Pads mulanya fungsi ulos adalah untuk menghangkan badan, tetapi kini ulos mefniliki fungsi simbolik untuk hal­hal lain dalam segala aspek kehidupan orang batak. Ulos tidak dapat dipisahkan dari kehidupan orang batak. Setiap ulos mempunyai raksa'sendiri­s e n d i r i , artinya mempunyai sifat, keadaan, fungsi, dan hubungan dengan hal atau bends tertentu.
Dalam pandangan suku Batak, ada tiga unsur yang mendasarkan dalam kehidupan manusia, yaitu darah, nafas, dan panas. Dua unsur terdahulu adalah pemberian Tuhan, sedangkan unsur ketiga tidaklah demikian. Pangs yang diberikan matahari tidaklah cukup untuk menar.gkiG udara dingin dipernuldman suku batak, lebih­lebih lagi di waktu malam menurut pandangan suku batak, ada tiga sumberyang memberi panas kepada manusia, yaitu
matahari, api dan ulos. Ulos berfungsi memberi panas yang menyehatkan badan dan menyenangkan fikiran sehingga kits gembira dibuatnya.
Di kalangan orang Batak sering terdengar'mangulosi'yang artinya memberi ulos, atau menghangatkan dengan ulos. Dalam kepercayaan orang-orang Batak, jiwa (tondi) pun perlu diulos, sehingga kaum lelaki yang berjiwa keras mempunyai sifat-sifat kejantanan dan kepahlawanan, dan orang perempuan mempunyai sifat­sifat ketahanan untuk melawan guns-guns dan kemandulan.
Dalam hal mangulosi, ada aturan yang harus dipatuhi, antara lain orang hanya boleh mangulosi mereka yang menurut kerabatan berada dibawahrya, misalnya orang tua boleh mangulosi anak, tetapi anak tidak boleh mangulosi orang tua. Jadi dalam prinsip kekerabatn batak yang disebut 'Dalihan Na Tolu' yang terdiri atas unsur-unsur hula-hula boru, dan dongan sabutuha, seorang boru sama sekali tidak dibenarkan mangulosi hula-hulanya. Ulos yang diberikan dalam mangulosi tidak boleh sembarangan, balk dalam macam maupun cars membuatnya.
Sebagai satu contoh, ulos ragidup yang akan diberikan kepada boru yang akan melahirkan anak sulungnya haruslah yang memenuhi syarat-syarat tertentu, yakni ulos.
yang disebut 'ulos sinagok'. Untuk mengulosi pembesar atau tamu kehormat, 'Ulos ragidup silingo' yaitu ulos yang diberikan' kepada mereka yang dapat memberikan perlindungan (mangalinggomi) kepada orang lain.Berdasarkan raksanya, dikenal beberapa macam ulos:
1. Ulos Ragidup
Yang tertinggi derajatnya, sangat sulit pembuatamya. Ulos ini terdiri atas tiga bagian, yaitu dua sisi yang ditenun sekaligus, dan satu bagian tengah yang ditenum tewndiri dengan sangat rumit. Bagian tengahnya terdiri ata tiga bagian, yaitu bagian tengah atau badan, dan dua bagian lainnya sebagai ujung tempat pigura lelaki (pkwrhalakhana) dan ujung tempat pigura perempuan (pinarhalak boru-boru). Setiap pigura cliberiberaneka ragam lukisan, antara lain sigumang', batuhi ansimun, dsb.
Warna, lukisan, Berta corak (ragi) memberi kesan seolah-olah ulos benar-benar hidup, sehingga orang menyebutnya 'ragidup', yaitu lambang kehidupan. Setiap rumah tangga batak mempunyai ulos ragidup. Selain lambang kehidupan, ulos ini jugs lambang dos restu untuk kebahagian dalam kehidupan, terutama dalam hal keturunan, yakni banyak anak (gabe) bagi setiap keluarga dan panjang umur (saur samatua). Dalam upacara adat perkawinan, alas ragidup diberikan oleh orang tua pengantin perempuan kepada ibu pengantin lelaki sebagai 'alas pargomgom' yang maknanya agar besannya ini atas izin Tuhan Yang Maha Esa tetap dapat melalui bersama sang menantu anak dari sipemberi ulos tadi.
2. Ulos Ragihotang
Juga termasuk berderajat tinggi, namun dasar pembuatannya tidak serumit ulos ragidup. Hotang berarti ratan, dan raksa ulos ini mempunyai keistimewaan yang dapat diikuti dari keempat umpasannya. Ulos ini digunakan untuk mangulosi seseorang yang dianggap picik dengan harapan agar Tuhan akan memberikan hasil yang balk, dan orang yang rajin bekerja. Dalam upacara kamatian, ulos ini dipakai untuk membungkus jenazah, sedangkan kepada upacara penguburan kedua kalinya, untuk membungkus tulang­belulangnya.
3. Ulos Sibolang
Semula disebut sibolang sebab diberikan kepada orang yang berjasa untuk 'mabulangbulangi' (menghormati) orang tua pengantin perempuan untuk mangulosi ayah pengantin lelaki sebagai 'alas pansaniot'. Dalam suatu pests perkawinan, dulu ads kebiasaan memberikan 'alas siholang si toluntuho' oleh orang tua pengantin perempuan kepada menantunya sebagai ulos hela (ulos menantu). Pads ulos si toluntuho ini raginya tampak jelas menggambarkan tiga bush tuho (bagian) yang merupakan lambang Dalihan NaTolu.Mangulosi menantu lelaki dimaksudkan agar ia selalu berhati-hati dengan teman­teman semarga, dan faham siapa yang harus dihormati, memberi hormat kepada semua kerabat pihak istri, dan lemah lembut terhadap keluarganya. Selain itu, ulos ini diberikan kepada seorang wanita yang ditinggal mat suaminya sebagai tanda menghormati jasanya selama menjadi istri almarhum. Pemberian ulos tersebut biasanya dilakukan pads waktu upacara bekabung, dan dengan demikian juga dijadikan tanda bagi wanita tersebut bahwa ia telah menjadi seorang janda. Ulos-ulos lain yang digunakan dalam upacara adat, antara lain, 'ulos meratur' dengan motif garis-garis yang menggambarkan burung atau banyak bintang tersusun teratur. Biasanya ulos ini digunakan sebagai 'ulos parompa' dengan harapan agar setelah anak pertama lahir akan menyusul kelahiran anak-anak lain sebanyak burung atau bintang yang terlukisdalam ulos tersebut. Jenis lain adalah 'ragi botik, ragi angkola, sirata, silimatuho, holean, sinar labu­labu, dsb. Dari besar kecil biaya pembuatannya, ulos dapat dibedakan dalam tiga golongan:angkola, sirata, silimatuho, holean, sinar labu-labu, dsb. Ulos sibolang juga digolongkan sebagai ulos berderajat tinggi, sekalipun dasar pembuatannya lebih sederhana.

Dari besar kecil biaya pembuatannya, ulos dapat dibedakan dalam dua golongan:
Ulos Na Metmet
,
Yang ukuran panjang clan lebarnya jauh lebih kecil, tidak digunakan daldm upacara adat, melainkan untuk dipakai sehari-hari. Yang termasuk dalam golongan ini antara lain ulos sirampat,
ragi huting, namarpisaran, clan sebagainya.
Ulos Na Balga
Adalah ulos kelas tinggi atau tertinggi.Jenis ulos ini pads umumnya digunakandalam upacara adat sebagai pakaian resmi atau sebagai ulos yang diserahkan atau diterima. Yang termasuk didalam golongan ini ialah: sibolang, runjat jobit, ragidup atau ragi hidup, dsb. Cara memakai ulos bermacam-macam tergantung pads situasinya.
Ada orang memaki ulos dibahunya (dihadang atau sampe-sampe) seperti pemakaian selendang berkebaya; ada yang memakainya sebagai kain sarong (diabithon), ada yang melilitkannya dikepala (dililitohon) clan ada pula yang mengikatnya secara ketat dipinggang. Arti clan fungsi kain selendang tenon khas Batak ini sejak dulu hinggasekarang tidak mengalami perubahan, kecuali beberapa variasi yang disesuaikan dengan kondisi social budaya. Ulos kini tidak hanya berfungsi sebagai lambang penghangat clan kasih sayang, melainkanjuga sebagai lambang kedudukan lambang komunikasi, clan lambang solidaritas.

Tidak ada komentar: